Tips & Tricks

Membangun Kebiasaan Positif pada Anak: Panduan Pengasuhan

Seorang ibu dan anak berlatih yoga bersama di dalam ruangan yang tenang, menunjukkan relaksasi dan kesejahteraan fisik.

Pengasuhan anak adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan, namun juga memberikan kebahagiaan dan kepuasan. Sebagai orang tua, kita memiliki peran penting dalam membantu anak berkembang menjadi individu yang memiliki karakter positif dan siap menghadapi tantangan hidup. Salah satu cara utama dalam pengasuhan adalah melalui pembentukan kebiasaan yang baik sejak usia dini.

Membangun kebiasaan positif pada anak adalah hal yang memerlukan perhatian, kesabaran, dan keteguhan hati dari orang tua. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk perkembangan emosional dan intelektual anak, tetapi juga mempengaruhi perilaku mereka seiring bertambahnya usia. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa langkah efektif yang bisa diambil oleh orang tua untuk membangun kebiasaan positif pada anak-anak mereka.

 

Mengapa Kebiasaan Positif Itu Penting?

Kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dan akhirnya menjadi bagian dari perilaku sehari-hari seseorang. Pada anak-anak, kebiasaan yang terbentuk sejak dini akan menjadi dasar bagi perkembangan kepribadian mereka di masa depan. Kebiasaan positif, seperti disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras, dapat membantu anak-anak menjadi pribadi yang lebih mandiri, percaya diri, dan sukses dalam kehidupan mereka.

Dengan membangun kebiasaan yang baik, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan intelektual yang sangat penting. Kebiasaan positif juga dapat memperkuat hubungan keluarga dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis di rumah.

 

Langkah-Langkah Membangun Kebiasaan Positif pada Anak

Sebuah momen keluarga yang hangat dengan orang tua yang membaca buku kepada anak di sofa

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil oleh orang tua untuk membantu anak-anak membangun kebiasaan positif dalam kehidupan mereka:

1. Menjadi Teladan yang Baik

Sebagai orang tua, kita adalah contoh pertama yang dilihat oleh anak-anak kita. Mereka belajar banyak melalui pengamatan, terutama dari orang terdekat mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menunjukkan kebiasaan positif terlebih dahulu.

Misalnya, jika Anda ingin anak Anda memiliki kebiasaan membaca, tunjukkan kebiasaan membaca buku secara rutin di depan mereka. Jika Anda ingin anak Anda belajar tentang kebersihan, pastikan Anda juga menjaga kebersihan di rumah dan mengajak mereka untuk ikut serta.

2. Membuat Rutinitas Harian yang Terstruktur

Anak-anak membutuhkan struktur dan rutinitas untuk merasa aman dan memahami apa yang diharapkan dari mereka. Rutinitas yang konsisten, seperti waktu makan, tidur, belajar, dan bermain, akan membantu anak-anak tahu kapan dan bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Rutinitas ini juga membantu membentuk kebiasaan positif karena mereka belajar melakukan tugas tertentu secara teratur.

Misalnya, ajarkan anak untuk merapikan tempat tidur mereka setiap pagi atau membersihkan mainan setelah digunakan. Lakukan ini secara konsisten sehingga anak menganggapnya sebagai bagian dari kebiasaan harian mereka.

3. Memberikan Pujian dan Penghargaan

Pujian yang tulus dan penghargaan dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memperkuat kebiasaan positif pada anak. Ketika anak menunjukkan perilaku yang diinginkan, seperti menyelesaikan tugas dengan baik atau berbagi dengan teman, berikan pujian yang spesifik dan positif. Hal ini akan memberi mereka dorongan untuk terus melanjutkan perilaku baik tersebut.

Namun, penting untuk memastikan bahwa pujian yang diberikan sesuai dengan usaha yang mereka lakukan, bukan hanya hasil akhirnya. Misalnya, “Saya bangga kamu sudah berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan rumahmu dengan baik.” Ini akan mengajarkan anak bahwa usaha dan proses lebih penting daripada hasil akhir semata.

4. Menggunakan Konsekuensi yang Konsisten

Selain memberikan pujian, terkadang anak-anak juga perlu memahami konsekuensi dari perilaku negatif mereka. Memberikan konsekuensi yang konsisten membantu anak-anak belajar tentang tanggung jawab dan menghormati aturan. Konsekuensi harus disesuaikan dengan perilaku yang dilakukan, dan yang lebih penting, harus diterapkan dengan cara yang adil.

Misalnya, jika anak terlambat menyelesaikan tugas rumah, konsekuensinya bisa berupa mengurangi waktu bermain mereka. Namun, pastikan untuk selalu menjelaskan mengapa konsekuensi tersebut diberikan dan bagaimana anak bisa belajar dari kesalahan mereka.

5. Mengajarkan Nilai-Nilai Positif Sejak Dini

Mengajarkan nilai-nilai positif seperti kejujuran, rasa tanggung jawab, dan empati sangat penting untuk perkembangan karakter anak. Sejak usia dini, ajarkan anak untuk menghargai orang lain, berbagi, dan membantu mereka belajar untuk menanggapi perasaan orang lain dengan empati.

Contoh konkret bisa meliputi mengajarkan anak untuk berbagi mainan dengan teman atau mengingatkan mereka untuk selalu berkata jujur. Nilai-nilai ini akan memperkuat kebiasaan positif yang mereka bentuk seiring berjalannya waktu.

6. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan di sekitar anak juga mempengaruhi perkembangan kebiasaan positif mereka. Pastikan lingkungan di rumah mendukung kebiasaan yang ingin Anda bentuk. Misalnya, jika Anda ingin anak Anda lebih aktif, pastikan mereka memiliki cukup ruang untuk bermain dan bergerak. Jika Anda ingin mereka lebih mandiri, berikan kesempatan untuk melakukan tugas-tugas sederhana seperti mempersiapkan makanan ringan atau merapikan barang mereka sendiri.

 

Kesimpulan

Seorang ibu dan anak berlatih yoga bersama di dalam ruangan yang tenang

Membangun kebiasaan positif pada anak-anak tidaklah mudah, tetapi sangat penting untuk perkembangan mereka sebagai individu yang tangguh dan bertanggung jawab. Melalui pengasuhan yang penuh perhatian, kasih sayang, dan keteguhan hati, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan kebiasaan yang akan berguna sepanjang hidup mereka.

Dengan memberikan teladan yang baik, menciptakan rutinitas yang terstruktur, memberikan pujian, dan mengajarkan nilai-nilai positif, orang tua dapat membantu anak-anak mereka menjadi pribadi yang mandiri, empatik, dan siap menghadapi tantangan hidup. Pengasuhan yang penuh kasih dan disiplin adalah kunci untuk membangun karakter yang kuat pada anak-anak, yang pada gilirannya akan membentuk mereka menjadi individu yang sukses di masa depan.

Baca Juga : Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang untuk Karakter Positif

Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang untuk Karakter Positif

Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang untuk Karakter Positif

Pengasuhan anak adalah proses yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan karakter mereka. Sebagai orang tua, Anda memainkan peran yang krusial dalam memberikan fondasi yang kuat untuk masa depan mereka. Salah satu hal yang perlu diprioritaskan dalam pengasuhan adalah mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang tangguh secara emosional dan memiliki karakter yang positif. Ketahanan emosional yang baik akan membantu anak mengatasi berbagai tantangan hidup, seperti kekecewaan, kegagalan, dan situasi stres.

Pengasuhan yang penuh kasih dan perhatian tidak hanya mendukung perkembangan mental dan emosional anak, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang mandiri dan percaya diri. Artikel ini akan membahas cara-cara yang dapat Anda lakukan sebagai orang tua untuk mendukung perkembangan ketahanan emosional dan karakter positif anak.

 

Mengapa Pengasuhan dengan Kasih Sayang Itu Penting?

Pengasuhan dengan Kasih Sayang

Anak-anak yang tumbuh dengan kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka lebih cenderung memiliki kesehatan mental yang baik. Mereka merasa dihargai dan diterima, yang memberikan rasa aman untuk mengeksplorasi dunia. Ketika anak-anak merasakan kasih sayang dari orang tua mereka, mereka juga lebih cenderung mengembangkan harga diri yang sehat, yang pada gilirannya mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain dan menghadapi tantangan hidup.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa pengasuhan yang penuh kasih sangat penting:

1. Meningkatkan Kesehatan Mental Anak

Anak-anak yang merasa dicintai dan dihargai cenderung memiliki kesejahteraan mental yang lebih baik. Mereka lebih mampu mengelola perasaan dan lebih tahan terhadap stres. Pengasuhan yang penuh kasih sayang juga membantu anak-anak merasa lebih nyaman mengekspresikan perasaan mereka tanpa takut dihukum atau diabaikan.

2. Membantu Anak Menghadapi Kegagalan dan Kekecewaan

Ketika anak menghadapi kegagalan atau kekecewaan, orang tua yang memberi dukungan emosional yang positif akan membantu anak belajar dari pengalaman tersebut. Dengan belajar mengatasi kegagalan, anak dapat mengembangkan ketahanan mental yang kuat.

3. Meningkatkan Kemampuan Sosial dan Empati

Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih dan perhatian cenderung lebih empatik dan mampu membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka belajar bagaimana menghargai perasaan orang lain dan bagaimana berkomunikasi dengan baik dalam berbagai situasi sosial.

 

Cara Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang dan Perhatian
Cara Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang dan Perhatian

Mengasuh anak dengan penuh kasih sayang adalah suatu proses yang membutuhkan perhatian dan kesabaran. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda terapkan untuk mengasuh anak dengan penuh kasih sayang dan membantu mereka mengembangkan ketahanan emosional:

1. Berikan Kasih Sayang yang Konsisten

Kasih sayang yang konsisten adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat dengan anak. Anak-anak yang merasa dicintai dan diperhatikan oleh orang tua mereka merasa aman dan dihargai. Ini juga akan memberi mereka rasa percaya diri yang kuat.

Contoh: Setiap hari, luangkan waktu untuk memberi pelukan, mendengarkan cerita mereka, dan memberi pujian atas usaha mereka, bukan hanya hasilnya. Ini akan mengajarkan mereka bahwa mereka dihargai tidak hanya karena prestasi, tetapi juga usaha yang mereka lakukan.

2. Ajarkan Anak untuk Mengungkapkan Perasaan

Bantu anak mengenali dan mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata. Ajarkan mereka bahwa perasaan seperti sedih, kecewa, atau marah adalah hal yang normal dan bagian dari kehidupan. Mengungkapkan perasaan secara terbuka akan membantu mereka mengelola emosi dengan lebih baik.

Contoh: “Saya melihat kamu tampak marah, apa yang terjadi?” atau “Apakah kamu merasa sedih karena tidak memenangkan permainan tadi?” Memberi ruang bagi anak untuk berbicara tentang perasaan mereka akan membantu mereka merasa didengar.

3. Ciptakan Lingkungan yang Positif dan Mendukung

Lingkungan yang positif sangat penting bagi anak-anak untuk berkembang. Pastikan rumah menjadi tempat yang aman di mana mereka bisa merasa bebas untuk mengekspresikan diri, belajar, dan mencoba hal-hal baru. Lingkungan yang penuh dukungan akan membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri dan keberanian.

Contoh: Tetapkan aturan rumah yang jelas dan adil. Pastikan anak-anak merasa bahwa mereka dihargai dalam keluarga, dan mereka akan lebih cenderung berperilaku positif.

4. Ajarkan Anak Mengelola Stres dan Kekecewaan

Menghadapi kegagalan atau kekecewaan adalah bagian dari kehidupan, dan anak-anak perlu belajar bagaimana menghadapinya dengan cara yang sehat. Ajarkan anak teknik-teknik untuk mengatasi stres, seperti bernafas dalam-dalam, mengambil waktu untuk diri sendiri, atau berbicara dengan seseorang yang mereka percayai.

Contoh: Jika anak kecewa karena kehilangan pertandingan, Anda bisa berkata, “Saya tahu kamu merasa sedih, tapi kita bisa belajar banyak dari pengalaman ini. Apa yang bisa kita lakukan lebih baik lain kali?”

5. Berikan Tanggung Jawab dan Pilihan

Memberikan anak-anak tanggung jawab yang sesuai dengan usia mereka membantu mereka merasa lebih mandiri dan dipercaya. Ini juga mengajarkan mereka untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan mereka.

Contoh: Mulailah dengan memberi tugas yang sederhana, seperti merapikan kamar atau membantu menyiapkan makan malam. Seiring bertambahnya usia, beri mereka tanggung jawab yang lebih besar, seperti mengelola waktu mereka untuk tugas sekolah.

 

Kesimpulan

Mengasuh anak dengan penuh kasih sayang adalah kunci untuk membentuk anak-anak yang tangguh secara emosional dan memiliki karakter yang positif. Dengan memberikan perhatian yang konsisten, mengajarkan anak untuk mengelola perasaan mereka, dan menciptakan lingkungan yang positif dan aman, Anda membantu anak berkembang menjadi individu yang percaya diri, empatik, dan siap menghadapi tantangan hidup.

Peran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka sangat besar. Melalui pendekatan yang penuh kasih dan perhatian, Anda bisa membantu anak-anak Anda tumbuh dengan baik, memiliki ketahanan emosional yang kuat, dan menjalani kehidupan dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Baca Juga : Tips Memilih Pengasuh yang Sesuai Kebutuhan Keluarga Anda

Tips Memilih Pengasuh yang Sesuai Kebutuhan Keluarga Anda


Memilih pengasuh untuk anak Anda adalah keputusan penting yang membutuhkan pertimbangan matang. Pengasuh adalah orang yang akan menghabiskan waktu bersama anak Anda, memengaruhi perkembangan mereka, dan memberikan perhatian yang diperlukan. Artikel ini akan memberikan panduan praktis untuk memilih pengasuh yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai keluarga Anda.

1. Menetapkan Kriteria Jelas

Sebelum memulai pencarian, penting untuk menetapkan kriteria yang jelas tentang apa yang Anda cari dalam seorang pengasuh. Pertimbangkan hal-hal seperti pengalaman, keterampilan, dan nilai-nilai penting bagi keluarga Anda.

2. Memahami Kebutuhan Anak


Tiap anak memiliki kebutuhan yang unik. Pastikan pengasuh yang Anda pilih dapat memenuhi kebutuhan khusus anak Anda, termasuk perawatan kesehatan, pendidikan, dan hobi yang mereka gemari.

3. Mengidentifikasi Kemampuan Komunikasi

Pengasuh yang baik harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Mereka harus dapat memahami dan mengungkapkan diri dengan jelas, serta mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak.

4. Mengecek Referensi dan Pengalaman

Pastikan untuk memeriksa referensi dan meminta informasi mengenai pengalaman sebelumnya dari calon pengasuh. Hal ini memberikan gambaran tentang kualitas pelayanan yang dapat mereka berikan.

5. Uji Keterampilan Praktis

Ajak calon pengasuh untuk melakukan tugas-tugas praktis, seperti mengganti popok atau menangani situasi darurat palsu. Hal ini membantu Anda menilai keterampilan praktis mereka dan apakah mereka nyaman dalam menghadapi situasi sehari-hari.

6. Memeriksa Latar Belakang dan Referensi

Pastikan untuk melakukan pemeriksaan latar belakang dan meminta referensi dari calon pengasuh. Ini termasuk pengecekan riwayat kerja, pelatihan khusus, dan catatan pribadi.

7. Wawancara dengan Anak


Melibatkan anak dalam proses wawancara dapat memberikan Anda wawasan berharga tentang kenyamanan dan kecocokan mereka dengan calon pengasuh. Tanyakan kepada mereka bagaimana mereka merasa ketika berinteraksi dengan orang tersebut.

8. Evaluasi Hubungan Emosional

Penting untuk memastikan bahwa calon pengasuh memiliki kemampuan untuk membangun hubungan emosional yang positif dengan anak Anda. Mereka harus dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan dukungan emosional yang diperlukan.

9. Observasi Interaksi dengan Anak

Selama proses wawancara atau percobaan, perhatikan dengan cermat bagaimana calon pengasuh berinteraksi dengan anak Anda. Amati apakah mereka terlibat secara aktif, memahami kebutuhan anak, dan menunjukkan kesabaran serta kepedulian.

10. Fleksibilitas dan Penyesuaian

Ketika memilih pengasuh, penting untuk mempertimbangkan tingkat fleksibilitas mereka. Seorang pengasuh yang dapat menyesuaikan diri dengan jadwal dan kebutuhan yang berubah-ubah dapat memberikan rasa nyaman dan kepercayaan tambahan.

11. Pertemuan dengan Pengasuh yang Ada


Jika memungkinkan, atur pertemuan antara calon pengasuh dan pengasuh yang sedang bekerja dengan keluarga Anda. Ini dapat memberikan gambaran lebih baik tentang bagaimana kedua pihak berinteraksi dan sejauh mana mereka dapat bekerja sama. Biasanya pengasuh anak yang bermain judi online terpercaya di wmcasino.me ini memiliki keterampilan yang lebih baik dalam mengasuh anak.

12. Diskusi Tentang Disiplin dan Pendidikan

Jelaskan ekspektasi Anda terkait pendekatan disiplin dan pendidikan kepada calon pengasuh. Pastikan mereka dapat mendukung nilai-nilai dan metode pengasuhan yang Anda anut.

13. Memastikan Keselamatan Anak

Pastikan calon pengasuh memahami dan menerapkan langkah-langkah keamanan yang diperlukan, termasuk tindakan darurat dan tata cara keselamatan saat mengasuh anak.

14. Periode Uji Coba

Sebelum membuat keputusan akhir, pertimbangkan untuk mengadakan periode uji coba dengan pengasuh. Hal ini memungkinkan waktu untuk menilai apakah ada kesesuaian dan kenyamanan antara semua pihak yang terlibat.

Kesimpulan

Memilih pengasuh yang tepat adalah investasi penting dalam kesejahteraan dan perkembangan anak Anda. Dengan mempertimbangkan kriteria yang jelas, memahami kebutuhan anak, dan melakukan pengecekan yang teliti, Anda dapat memilih pengasuh yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan keluarga Anda. Ingatlah bahwa kolaborasi yang baik antara orang tua dan pengasuh adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang penuh kepedulian dan keamanan bagi si kecil.

Baca Juga : 4 Tips Memilih Pengasuh Bayi

Pengawasan Taman Bermain Untuk Anak

Pengawasan Taman Bermain Untuk Anak

Kecelakaan serius yang terjadi di sekolah biasanya terjadi di taman bermain, dan seringkali pengawasan taman bermain merupakan faktor penyebabnya. Faktanya, sekitar 200.000 kecelakaan setiap tahun mengirim anak-anak ke ruang gawat darurat untuk perawatan cedera yang terjadi di taman bermain sekolah yang telah di review oleh situs userbolavip. Kiat-kiat berikut dirancang untuk meningkatkan kualitas pengawasan taman bermain di sekolah Anda, memastikan bahwa anak-anak aman di taman bermain Anda.

1. Pengawasan Taman Bermain yang Memadai

Pengawasan Taman Bermain yang Memadai

Program Nasional untuk Keamanan Taman Bermain (NPPS) merekomendasikan rasio pengawasan taman bermain pengawas dewasa terhadap anak-anak harus mencerminkan rasio ruang kelas. Jika ukuran kelas adalah 32, maka harus ada satu pengawas taman bermain untuk setiap 32 anak. Namun, saya jarang melihat rasio ini dipertahankan.

2. Pelatihan Staf

Pelatihan Staf

Daripada memikirkan “berapa banyak pengawas taman bermain yang saya butuhkan”, mungkin lebih baik untuk berpikir tentang mengirim pengawas yang berkualifikasi dan terlatih ke taman bermain. Dalam perjalanan saya keliling AS, sebagian besar pengawas taman bermain melaporkan bahwa mereka belum menerima pelatihan apa pun tentang cara mengawasi taman bermain. Ketika seorang anak terluka di taman bermain, salah satu pertanyaan pertama yang akan ditanyakan oleh pengacara lawan adalah, “Apakah para pengawas dilatih?” Umumnya diharapkan mereka akan menerima pelatihan tentang cara melakukan tugas mereka secara efektif.

3. Prosedur Taman Bermain untuk Keadaan Darurat

Prosedur Taman Bermain untuk Keadaan Darurat

Setelah tragedi Sandy Hook, orang tua mencari sekolah untuk memastikan keselamatan siswa di dalam dan di luar kelas. Sekolah secara rutin melakukan latihan kebakaran dan latihan darurat lainnya setiap bulan. Namun, hanya sedikit sekolah yang memberi tahu siswa tentang apa yang harus dilakukan, jika terjadi situasi darurat ketika mereka berada di luar. Hubungi administrator untuk prosedur yang harus diikuti dalam situasi ini dan peran Anda sebagai pengawas taman bermain.

4. Komunikasi dengan Kantor

Komunikasi dengan Kantor

Walkie-talkie atau ponsel adalah beberapa cara terbaik bagi pengawas taman bermain untuk tetap berkomunikasi dengan kantor. Setidaknya satu pengawas taman bermain di taman bermain harus memiliki sarana untuk menghubungi kantor dan mendapatkan bantuan ke taman bermain. Beberapa sekolah membeli walkie-talkie untuk situasi ini. Sekolah lain menunjuk seseorang untuk menggunakan ponsel mereka, jika diperlukan bantuan tambahan di taman bermain. Penting untuk menunjukkan bahwa orang dewasa tidak boleh meninggalkan anak-anak tanpa pengawasan di taman bermain, bahkan dalam kasus anak yang terluka. Hubungi kantor atau 911 untuk bantuan dan arahan.

5. Inspeksi Kustodian Harian Taman Bermain

Inspeksi Kustodian Harian Taman Bermain

Sekolah sering digunakan oleh kelompok luar dalam hubungannya dengan “perjanjian penggunaan bersama”. Bukan hal yang aneh bagi sekolah untuk menawarkan program setelah sekolah di kampus, yang mungkin atau mungkin tidak berafiliasi dengan sekolah. Selain itu, tim olahraga dan liga atletik sering menggunakan lapangan sekolah untuk latihan dan permainan. Ketika masyarakat umum diperbolehkan berada di kampus setelah jam kerja, penting bagi personel sekolah untuk memeriksa area lapangan setiap pagi sebelum siswa datang. Sapuan cepat area bermain dapat memastikan bahwa pecahan kaca atau bahan berbahaya lainnya dihilangkan.

6. Bahaya Tersedak

Bahaya Tersedak

Komisi Keamanan Produk Konsumen (CPSC) telah mengeluarkan peringatan tentang tali di kaus berkerudung. Meskipun masalah ini tidak terlalu menjadi masalah saat ini dibandingkan 5 tahun yang lalu, beberapa kaus masih terikat di sekitar area hutan dan dapat mengakibatkan bahaya tersedak, jika talinya tersangkut pada struktur permainan. Melepaskan tali atau senar dari kap mesin adalah solusi yang aman.

7. Pengawas Harus Bergerak Di Sekitar Taman Bermain

Pengawas Harus Bergerak Di Sekitar Taman Bermain

Taman bermain harus dibagi menjadi zona pengawasan. Adalah peran pengawas taman bermain untuk bergerak di dalam zona pengawas mereka. Jelas, jumlah pengawas dapat menentukan jumlah zona pengawasan yang Anda terapkan. Dengan membagi taman bermain menjadi beberapa zona, ini memungkinkan penempatan yang lebih baik untuk pengawasan. Supervisor harus ditempatkan di zona pengawasan yang berbeda, dan supervisor tidak boleh berdiri berdekatan atau berbicara, karena hal itu mengalihkan perhatian mereka dari tugas yang diberikan.

8. Pengawas Bukan Fasilitator Bermain

Pengawas Bukan Fasilitator Bermain

Penting untuk membedakan antara tanggung jawab dan peran pengawas taman bermain dan fasilitator bermain taman bermain. Pengawas taman bermain memiliki tanggung jawab untuk “menjaga semua anak tetap aman” di taman bermain. Fasilitator bermain (di sisi lain) memiliki tanggung jawab untuk mendorong dan memimpin permainan dan aktivitas. Hampir tidak mungkin untuk mengawasi siswa secara efektif sambil juga ditugaskan untuk mengatur permainan pada waktu yang sama.

9. Memiliki Panduan Pengawas Taman Bermain Pengganti

Memiliki Panduan Pengawas Taman Bermain Pengganti

Ketika orang dewasa dibawa untuk mengawasi taman bermain dan memiliki sedikit atau tanpa pelatihan, akan bermanfaat untuk memiliki Panduan Pengawas Taman Bermain Pengganti yang tersedia bagi mereka. Panduan ini harus mencantumkan jadwal istirahat dan makan siang, nama administrator atau supervisor untuk dihubungi jika bantuan diperlukan, daftar aturan permainan, dan aturan dan prosedur taman bermain, setidaknya. (Panduan Cara untuk Pengawas Taman Bermain termasuk Panduan Pengawas Taman Bermain Pengganti. Ini tersedia untuk diunduh secara instan setelah pembelian.)

10. Latih Pengawas tentang Apa yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Cedera

Latih Pengawas tentang Apa yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Cedera
Kecelakaan dan cedera di taman bermain sering terjadi di taman bermain. Beberapa cedera memerlukan perhatian medis lebih lanjut oleh perawat sekolah atau petugas kesehatan yang bertindak (kadang-kadang sekretaris sekolah). Ketika seorang siswa terluka, biasanya yang terbaik adalah membiarkan mereka terbaring di tanah sampai dia bisa bangun tanpa bantuan atau personel tambahan dipanggil. Menarik anak ke atas dapat menyebabkan cedera lebih lanjut.

6 Hal Yang Bisa Diajarkan Kepada Anak Saat Karantina

6 Hal Yang Bisa Diajarkan Kepada Anak Saat Karantina

6 keterampilan kehidupan nyata yang dapat Anda ajarkan kepada anak-anak Anda di rumah selama karantina, menurut para ahli

Orang tua di seluruh dunia melakukan yang terbaik untuk menavigasi kemiripan dengan rutinitas sekolah di rumah.

Apakah dilengkapi dengan kurikulum atau tidak, ada beberapa keterampilan yang dapat Anda ajarkan kepada anak-anak Anda yang tidak memerlukan buku teks atau kelas Google.

Bahkan, kecakapan hidup ini dapat secara alami dijalin ke dalam rutinitas sehari-hari Anda yang sudah ada.

Kami berbicara dengan para ahli untuk membahas 6 keterampilan kehidupan nyata yang dapat Anda ajarkan kepada anak Anda, tanpa perlu gelar mengajar.

Berikut 6 Hal Yang Bisa Anda Ajarkan :

1. Pertolongan pertama dasar

Saat mengisi kotak P3K Anda, tanyakan kepada anak Anda apakah mereka tahu untuk setiap item dan bagaimana menggunakannya.

“Dengan otak mereka yang berkembang pesat hingga usia 25, anak-anak seperti spons, siap untuk menyerap informasi dan belajar. Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang tua secara aktif terlibat dalam eksplorasi anak terhadap sesuatu yang baru, mereka dapat meningkatkan apa yang dipelajari anak,” kata Dr Neha Chaudhary, psikiater anak dan remaja di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Sekolah Kedokteran Harvard dan salah seorang pendiri Brainstorm , Lab Stanford untuk Inovasi Kesehatan Mental.

2. Menganggarkan uang

Tidak pernah terlalu dini bagi seorang anak untuk belajar bertanggung jawab secara finansial, bahkan jika anak tersebut tidak memiliki rekening bank nyata.

“Karena sebagian besar remaja mendapatkan sebagian besar uang mereka dari Ibu dan Ayah, orang tua dapat meminta anak-anak mereka untuk melacak kredit dan debet dalam buku cek,” kata Tangela Walker-Craft , keluarga dan blogger parenting dan guru sekolah menengah di Florida.

“Orang tua dapat memberi anak mereka sejumlah uang yang dapat mereka belanjakan setiap hari, minggu, atau bulan. Jika anak itu mengamati saldo rekening bank tiruan mereka naik dan turun, itu menjadi kenyataan untuk memeriksa bagaimana mereka membelanjakan uang mereka.”

3. Melakukan cucian

Akhirnya, ajari anak-anak bahwa peri pakaian bersih adalah mitos. “Secara alami, ada kecakapan hidup tertentu yang dibutuhkan setiap anak untuk menjadi manusia mandiri yang berfungsi dengan baik – memasak, membersihkan, dan mengorganisasi,” kata Marie Heath, asisten profesor pendidikan di Loyola University Maryland.

“Saya sangat merekomendasikan keterampilan ini diajarkan, terutama pada saat Ibu dan Ayah memiliki banyak hidangan tambahan dan cucian menumpuk.”

4. Menyetrika

Tidak, tampilan yang kusut tidak masuk. Setidaknya seharusnya tidak.

“Bahkan jika seorang anak belum cukup umur untuk menggunakan besi, misalnya, mereka mungkin sudah cukup tua untuk mengeksplorasi bagaimana hal-hal itu bekerja, menyimpan informasi itu untuk nanti sambil secara aktif melibatkan pikiran mereka dalam proses tersebut,” kata Chaudhary.

5. Memasak

Mengikat makanan adalah kegiatan yang bisa dinikmati semua umur bersama, Anda bisa memakai resep masakan yang ada di http://www.maha168.win/id/livecasino.html.

“Di rumah kami, kami melakukan rotasi di mana anak-anak kami bergiliran membantu saya memasak makan malam,” kata Heath.

“Ini memberi anak-anak kesempatan untuk berupaya mencapai tujuan yang nyata dan melihatnya melalui – dalam hal ini, dalam bentuk makanan bergizi. Ini juga mengajarkan mereka cara mengambil kepemilikan. Dengan menetapkan tugas-tugas seperti mencairkan benda atau mengumpulkannya bahan-bahan dari dapur, mereka belajar tanggung jawab pribadi. “

6. Keamanan pisau

Mantan guru sekolah dasar, Allison Carver mengatakan setelah beberapa minggu berlatih, anak-anak di atas usia lima tahun harus dapat membuat sarapan sendiri.

“Ada banyak pisau anak yang bisa kamu beli online yang benar-benar memotong makanan,” kata Carver.

“Berlatih memotong berbagai jenis makanan dan tekstur, mengajari anak-anak keterampilan menangani pisau yang tepat dan keselamatan. Mintalah anak-anak Anda membuatkan salad buah untuk makan malam di akhir minggu.”

Baca juga Strategi Untuk Menentukan Rencana Pengasuhan Anak Anda.

Strategi Untuk Menentukan Rencana Pengasuhan Anak Anda

Strategi Untuk Menentukan Rencana Pengasuhan Anak AndaParenting Plan adalah perjanjian orang tua yang mengatur bagaimana anak-anak akan dirawat di antara orang tua yang terpisah. Yang paling luas, itu menetapkan pengaturan tempat tinggal dan bagaimana keputusan harus dibuat mempengaruhi anak. Rencana pengasuhan anak juga dapat mencakup perjanjian yang berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler, pendidikan, iman dan kesehatan. Jika ada kebutuhan atau keinginan tertentu oleh salah satu orang tua atau mengenai anak secara khusus mereka dapat dimasukkan juga. Dalam hal orang tua tidak dapat menyetujui sesuatu yang muncul setelah penyelesaian Rencana Pengasuhan Anak, rencana tersebut juga dapat mencakup pernyataan tentang bagaimana perbedaan akan diselesaikan. Pada dasarnya, Parenting Plan adalah peta jalan yang akan diikuti oleh orang tua yang terpisah untuk membesarkan anak-anak mereka.

Tujuan dalam merinci Rencana Pengasuhan Anak adalah untuk memberikan jalan pengasuhan yang sehalus mungkin untuk diikuti sehingga anak-anak Anda dapat menikmati hubungan yang bermakna dengan kedua orang tua untuk mencapai hasil perkembangan yang baik – menjadi orang yang berpengetahuan luas yang bergaul dengan orang lain dan sukses. dalam hidup.

Sementara beberapa orang tua mungkin mengkhawatirkan perincian rencana tersebut, penentu paling penting untuk seberapa baik anak-anak dari orang tua yang terpisah berkembang kurang berkaitan dengan perincian aktual, termasuk waktu tinggal di rumah masing-masing orang tua, kepercayaan, pilihan sekolah, ekstrakurikuler. aktivitas, dll. Penentu terpenting adalah konflik orangtua. Semakin besar konflik antara orang tua, semakin besar risiko untuk hasil yang buruk bagi anak. Sejauh mana orang tua dapat menemukan solusi yang masuk akal untuk perbedaan mereka, anak-anak menjadi lebih baik. Sejauh mana orang tua dapat menemukan diri mereka dalam konflik yang sedang berlangsung, maka semakin besar kebutuhan atau menentukan sedetail mungkin dan semakin besar kebutuhan untuk membatasi atau mengendalikan kontak antara orang tua.

Sebisa mungkin, orang tua didorong untuk mengembangkan rencana pengasuhan di antara mereka sendiri, sebagai lawan dari memiliki rencana yang dipaksakan melalui pengadilan atau arbitrase yang bukan untuk mengatakan bahwa pengadilan atau arbitrasi mungkin tidak diperlukan, tetapi harus dianggap sebagai upaya terakhir.

Alasan orang tua untuk pertama kali mencoba dan mengembangkan rencana di antara mereka adalah karena tidak ada pihak ketiga lain yang akan mengetahui detail hidup Anda, seperti Anda. Lebih lanjut, rencana-rencana yang disepakati antara orang tua cenderung lebih baik diikuti dan lebih tahan lama. Walaupun suatu solusi dapat dipaksakan melalui pengadilan atau arbitrase, mau tidak mau satu atau orang tua lain tidak puas dengan hasilnya dan bahwa orang tua dapat mencoba mengubahnya baik secara langsung dengan berusaha mengembalikan masalah tersebut ke pengadilan atau arbitrasi atau secara tidak langsung dengan melakukan apa yang ingin mereka lakukan bagaimanapun. Dengan demikian hasil yang dipaksakan, tidak lantas mengakhiri konflik.

Pertimbangkan strategi-strategi ini ketika berusaha menyelesaikan Rencana Pengasuhan Anak;

Strategi Mengasuh Anak

1. Duduklah secara pribadi dengan orang tua lain untuk mendiskusikan berbagai hal di antara Anda:

2, Jika Anda khawatir tentang perilaku dan masih ingin mendiskusikan berbagai hal secara langsung dengan orang tua lain, pilih tempat umum untuk bertemu atau sertakan orang yang disepakati bersama untuk bergabung dengan Anda. Ini bisa menjadi seseorang yang Anda berdua percayai dalam kapasitas profesional, pendeta Anda, penasihat, teman bersama (yang bisa tetap netral);

3. Bertemu dengan seorang penasihat terlatih yang keahliannya membantu orang tua yang terpisah berkomunikasi di antara mereka sendiri;

4. Bertemu dengan seorang mediator yang keahliannya termasuk bekerja dengan orang tua yang terpisah. Seorang mediator adalah seorang profesional yang keahliannya membantu orang-orang yang berkonflik mencapai kesepakatan di antara mereka sendiri dengan bekerja bersama mereka, meskipun gagasan tersebut dapat menimbulkan kecemasan. Anda hanya perlu mau mencoba. Anda tidak harus percaya bahwa diri Anda atau orang tua yang lain benar-benar akan mencapai kesepakatan. Faktanya, lebih sering daripada tidak, orang yang menghadiri mediasi berpendapat bahwa “orang lain” yang tidak akan dapat mencapai kesepakatan, namun sebagian besar masalah diselesaikan atau setidaknya dipersempit oleh proses;

5. Simpan pengacara “kolaboratif” dan menandatangani perjanjian partisipasi. Pengacara kolaboratif dilatih dalam membantu orang menemukan solusi untuk perbedaan mereka tanpa ancaman pergi ke pengadilan. Seperti mediator, mereka bekerja di luar sistem pengadilan dan dapat membantu Anda membuat perjanjian khusus dengan mempertimbangkan situasi Anda. Juga seperti mediasi, pengacara kolaboratif dan orang tua bertemu dan bekerja bersama untuk mencapai solusi yang dapat diterima bersama;